Tuesday, August 09, 2005

*Remaslah tanganku dan akan kukatakan Aku sayang Kamu*

Ingatkah ketika masih kecil kamu jatuh dan terluka?Ingatkah apa yang dilakukan ibumu untuk meringankan rasa sakit? Ibuku , Grace Rose, selalu mengendongku, membawaku ke tempat tidurnya, mendudukkan
diriku, lalu mencium "bagian yang sakit"-ku. lalu ia duduk di tempat tidur di sampingku, meraih
tanganku dan berkata "Kalau sakit , remas saja tangan ibu. nanti akan kukatakan Aku sayang
Kamu". sering aku meremas tangannya dan setiap kali , tak pernah luput , aku mendengar
kata-kata "Mary, Ibu sayang kamu." kadang-kadang aku pura-pura sakit hanya supaya aku memperoleh ritual itu darinya.
waktu aku lebih besar, ritual itu berubah, tapi ia selalu menemukan cara untuk meringankan rasa
sakit dan meningkatkan rasa senang yang kurasakan dalam berbagai bagian hidupku. pada
hari-hari sulit di SMU, ia akan menawarkan sebatang coklat almond Hershey kesukaannya saat
aku pulang. semasa usiaku 20-an , ibu sering menelpon utk menawarkan piknik makan siang
spontan di Taman Eastbrook untuk sekadar merayakan hari cerah dan hangat di Wisconsin.
kartu ucapan terima kasih yang dituliskan sendiri tiba di kantor pos setiap kali ia dan ayahku
berkunjung ke rumahku, mengingatkanku betapa istimewanya aku baginya. tapi ritual yang paling berkesan adalah genggamannya pada tanganku saat aku masih
kecil dan berkata, "Kalau sakit, remaslah tangan Ibu dan akan kukatakan aku sayang kamu". suatu pagi, saat aku berusia akhir 30-an, setelah orangtuaku berkunjung pada malam
sebelumnya, ayahku menelponku di kantor. Ia selalu berwibawa dan jernih saat memberi
nasehat. tapi aku mendengar rasa bingung dan panik dalam suaranya. "Mary, ibumu sakit dan
aku tak tahu harus berbuat apa. Cepatlah datang kemari" perjalanan mobil 10 menit ke rumah orang tuaku diiringi dengan rasa takut,
bertanya-tanya apa yang terjadi pada ibuku. saat aku tiba, ayah sedang mondar-mandir di dapur
sementara ibu berbaring di tempat tidur. matanya terpejam dan tangannya berada di atas perut.
aku memanggilnya, mencoba menjaga agar suaraku setenang mungkin. "Bu, aku sudah datang." "Mary ?" "Iya, Bu" "Mary, kaukah itu ? " "Iya, Bu, ini aku." Aku tak siap untuk pertanyaan berikutnya dan saat aku mendengarnya, aku
membeku, tak tahu harus berkata apa. "Mary, apakah Ibu akan mati?" air mata menggenang dalam diriku saat aku memandang ibuku tercinta berbaring di
situ tak berdaya. pikiranku melayang, sampai pertanyaan ini terlintas dalam benakku :"jika
keadaannya terbalik, apa yang akan dikatakan Ibu padaku?" aku berdiam sejenak yang terasa seperti jutaan tahun, menunggu kata-kata itu tiba di
bibirku."Bu, aku tak tahu pakah Ibu akan mati, tapi kalo memang perlu, tak apa-apa. aku
menyayangimu." Ia berseru ,"Mary, rasanya sakit sekali" lagi-lagi , aku bingung hendak berkata apa. aku duduk di sampingnya di tempat tidur
, meraih tangannya dan mendengar diriku berkata, "Bu, Kalo ibu sakit, remaslah tanganku , nanti
akan kukatakan , aku sayang padamu" Ia meremas tanganku. "Bu, aku sayang padamu" banyak remasan tangan dan kata "Aku sayang padamu" yang terlontar antara aku
dan ibuku selama dua tahun berikutnya, sampai ia meninggal akibat kanker indung telur.
kita tidak pernah tahu kapan ajal kita tiba , tapi aku tahu bahwa pada saat itu, bersama siapapun
, aku akan menawarkan ritual kasih ibuku yang manis setiap kali."Kalau sakit, remaslah tanagnku, dan akan kukatakan , aku sayang padamu."

No comments: