Thursday, September 29, 2005

Cinta Yang Sesungguhnya

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur...?Ketika kita menangis...?Ketika kita membayangkan...?Ketika kita berciuman..?Ini karena hal yang terindah di dunia tidak terlihatKita semua agak aneh...dan hidup sendiri juga agak aneh. Dan ketika kita menemukan seseorang....Yang keunikannya sejalan dengan kita...Kita bergabung dengannyaDan jatuh kedalam suatu keanehan serupa yang di namakan " cinta "Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan...Orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan..Tapi ingatlah...melepaskan bukan akhir dari dunia..Melainkan awal suatu kehidupan baru.Kebahagian ada untuk mereka yang menangis..Meraka yang tersakiti...Mereka yang telah mencari...Dan mereka yang telah mencoba..Karena merekalah yang bisa menghargai...Betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.Cinta yang agung ?Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya.Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu..kamu masih menungguhnya dengan setia..Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain,dan kamu masih bisa tersenyum, sembari berkata " aku turut berbahagia untukmu "Apabila cinta tidak berhasil bebaskan dirimu...Biarlah hatimu kembali melebarkan sayapnya Dan terbang ke alam bebas lagiIngatlah bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya.....Tapi ketika cinta itu mati..kamu tidak perlu mati bersamanya.....Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang..melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh...Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupanmu..Kamu belajar tentang dirimu sendiri...Dan menyadari....Bahwa penyesalan tidak seharusnya ada....Hanya penghargaan abadi..Atas pilihan2x kehidupan yang telah kau buatTeman sejati mengerti ketika kamu berkata " aku lupa..."Menunggu selamanya ketika kamu berkata' tun! ggu sebentar..Tetap tinggal ketika kamu berkata ' tinggalkan aku sendiri...'Membuka pintu mesti kamu belum mengetuk...Dan berkata...' bolehkah aku masuk..?Mencintai bukanlah bagaimana kamu melupakan...Melainkan bagaimana kamu memaafkan...Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan...Melainkan bagaimana kamu mengerti...Bukanlah apa yang kamu lihat...Melainkan apa yang kamu rasakan...Bukanlah bagaimana kamu melepaskan...Melainkan bagaimana kamu bertahan..Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati..Di bandingkan menangis tersedu-sedu..Air mata yang keluar dapat di hapus...Sementara air mata yang tersembunyi...Mengoreskan luka yang tidak pernah hilang..Dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang..Tapi ketika cinta itu tulus, meskipun kalah, kau tetap menang...Hanya karena kamu berbahagia...Dapat mencintai seseorang ...Lebih dari kamu mencintai dirimu sendiri...Akan tiba saatnya di mana kamu harus berhenti mencintai seseorang...Bukan karena orang itu berhenti mencintai kitaMelainkan karena kita menyadari...Bahwa orang itu akan lebih berbahagia, apabila kita melepaskannyaApabila kamu benar-benar mencintai seseorangJangan lepaskan dia..Jangan percaya bahwa melepaskan..Selalu berarti kamu benar-benar mencintai..Melainkan berjuanglah demi cintamu...itulah cinta yang sejati...Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan..Daripada berjalan bersama orang yang tersediaLebih baik menunggu orang yang kamu cintai Daripada memaksa dengan yang ada di sekelilingmu..Lebih baik menunggu orang yang tepat..Karena hidup ini terlampau singkat untuk di buangHanya dengan seseorang;Kadangkala orang yang paling kamu cintai...Adalah orang yang menyakiti hatimu...Dan kadangkala, teman yang membawa kedalam pelukannya..Dan menangis bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari..

Wednesday, September 07, 2005

Time Management

Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswa MBA. Dengan penuh semangat ia berdiri di depan kelas dan berkata, “Okay, sekarang waktunya untuk quis.” Kemudian dia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Kemudian ia mengisi ember tersebut dengan batu- batu sebesar sekepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tidak ada lagi batu yang cukup dimasukkan ke dalam ember. Ia bertanya pada kelas, “Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?” Semua mahasiswa serentak menjawab , “Ya!” Dosen bertanya kembali, “Sungguhkah demikian?”
Kemudian dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu. Kemudian sekali lagi ia bertanya pada kelas, “Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?” kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab, “mungkin tidak.” “Bagus sekali,” sahut dosen. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu mulai berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil. Sekali lagi, ia bertanya pada kelas, “Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?” “Belum!” sahut para mahasiswa. Sekali lagi ia berkata, “Bagus. Bagus sekali.”
Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember. Lalu ia menoleh ke para mahasiswa dan bertanya “Tahukah kalian apa maksud illustrasi ini?” Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, “Maksudnya adalah, tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya.” Sambil tersenyum dosen tersebut menjawabnya, “Oh, bukan…bukan itu maksudnya. kenyataan dari illustrasi ini mengajarkan pada kita bahwa: bila anda tidak memasukkan ‘batu besar’ terlebih dahulu , maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya.” Apa yang dimaksud dengan ‘batu besar’ dalam hidup anda? Anak-anak anda; pasangan anda; pendidikan anda; hal-hal yang penting dalam hidup anda; mengajarkan sesuatu kepada orang lain; melakukan pekerjaan yang kau cintai; kesehatan anda; teman anda; atau semua yang berharga.
Ingatlah untuk selalu memasukkan ‘batu besar’ pertama kali atau anda akan kehilangan semuanya. Bila anda mengisinya dengan hal-hal kecil semacam kerikil dan pasir) maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya anda perlukan untuk hal-hal besar dan penting. Oleh karena itu, setiap pagi atau malam, ketika akan merenungkan cerita pendek ini, tanyalah pada diri anda sendiri. “Apakah ‘batu besar’ dalam hidup saya?” lalu kerjakan itu pertama kali

Tuesday, September 06, 2005

Apa Yang Terjadi Dengan Cinta

Cinta, Kekayaan, Kegembiraan, Kecantikan, Kesedihan

Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda abstrak: ada Cinta, Kekayaan, Kegembiraan, Kecantikan, Kesedihan, dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.
Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta. Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu.
“Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta. “Aduh! Maaf, Cinta!” Kata Kekayaan, “Perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahuku akan tenggelam. Lagipula tidak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.” Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi.
Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan! Tolong Aku!”, teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tidak mendengar teriakan Cinta. Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta semakin panik.
Tak lama lewatlah Kecantikan. “Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!” teriak Cinta. “Wah, Cinta , kamu basah dan kotor. Aku tak bisa ,membawamu ikut serta. Nanti kamu akan mengotori perahuku yang indah ini”. Sahut kecantikan. Cinta sedih sekali mendengarnya.
Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah Kesedihan. “Oh, Kesedihan , bawalah aku bersamamu,” kata Cinta. “Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja.” kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.
Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, “Cinta ! mari cepat naik ke perahuku!” Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang telah menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.
“Oh, orang tua tadi? Dia adalah waktu” kata orang itu. “Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tidak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku” tanya Cinta heran. “Sebab,” kata orang itu, “Hanya waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu...”