Friday, July 02, 2010

Kelinci Vs Rubah


Suatu hari ada seekor kelinci sedang duduk santai di tepi pantai, tiba-tiba datang seekor rubah jantan besar yang hendak memangsanya, lalu kelinci itu berkata:

"Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi didalam lubang kelinci, yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin, saya akan menang."

Sang Rubah jantan merasa tertantang,

"Dimanapun jadi, Masa sih kelinci bisa menang melawan aku?"

Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci, Sepuluh menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam Setangkai paha rubah dan melahapnya dengan nikmat.

Sang Kelinci kembali bersantai, Sambil memakai kaca mata hitam dan topi pantai, tiba tiba datang se-ekor serigala besar yang hendak memangsanya, Lalu kelinci berkata :

"Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci, Yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang."

Sang serigala merasa tertantang,

"Dimanapun jadi, Masa sih kelinci bisa menang melawan aku?"

Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci, Lima belas menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam Setangkai paha serigala dan melahapnya dengan nikmat.

Sang kelinci kembali bersantai, Sambil memasang payung pantai dan merebahkan diri diatas pasir, Tiba tiba datang seekor beruang besar yang hendak memangsanya, Lalu kelinci berkata:

"Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci, Yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang."

Sang Beruang merasa tertantang,

"Dimanapun jadi, Masa sih kelinci bisa menang melawan aku?"

Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci, Tiga puluh menit kemudian sang kelinci keluar
sambil menggenggam Setangkai paha Beruang dan melahapnya dengan nikmat.

Pohon kelapa melambai lambai, Lembayung senja sudah tiba, habis sudah waktu bersantai, Sang Kelinci melongok kedalam lubang kelinci, sambil melambai

"Hai, keluar, sudah sore, besok kita teruskan!!"

Keluarlah se-ekor harimau dari lubang itu, sangat besar badannya. Sambil menguap Harimau berkata

"Kerjasama kita sukses hari ini, kita makan kenyang dan saya tidak perlu berlari mengejar kencang."

***
Renungan:

The Winner selalu berfikir mengenai kerja sama, sementara
The Looser selalu berfikir bagaimana menjadi tokoh yang paling berjaya.

Untuk membentuk ikatan persahabatan dan persaudaraan harus ada kerendahan hati dan keikhlasan bekerja sama:

(meskipun) dengan seseorang yang kelihatannya tidak lebih baik dari kita.

Jangan memaki orang tua mu


Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran.

Si ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya, "Nak, apakah benda itu? "Burung gagak", jawab si anak. Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit kuat, "Itu burung gagak, Ayah!"

Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, "BURUNG GAGAK!!"

Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada si ayah, "Itu gagak, Ayah."

Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar- benar hilang sabar dan menjadi marah. "Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Tapi sudah 5 kali Ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya katakan???? Itu burung gagak, burung gagak, Ayah.....", kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan. Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary lama. "Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini," pinta si Ayah.

Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut. "Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, "Ayah, apa itu?" Dan aku menjawab, "Burung gagak."

Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayangku aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak."

Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah yang kelihatan sayu.

Si Ayah dengan perlahan bersuara, "Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah."

Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya memohon ampun atas apa yg telah ia perbuat.

========

Pesan:
Jagalah hati dan perasaan kedua orang tuamu, hormatilah mereka. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangimu di waktu kecil

kucing dan petani



Suatu hari ada seekor kucing milik seorang petani yang jatuh ke dalam sumur yang dalam dan kering. Binatang tersebut menangis dengan nyaring selama terus menerus, sementara itu sang petani tersebut mencoba mencarikan jalan keluarnya. Akhirnya, dia memutuskan bahwa kucing itu sudah terlalu tua, sumur itu juga perlu ditutup, dan menolong kucing tersebut merupakan suatu usaha yang sia sia belaka. Sehingga dia mengundang tetangganya untuk datang ke lokasi untuk membantunya mengubur kucing yang terjatuh kedalam sumur agar menghentikan kesengsaraannya.

Mereka semuanya memegang sekop dan mulai menimbunkan tanah ke dalam sumur. Pada awalnya, kucing tersebut menyadari apa yang sedang terjadi dan lagi lagi ia menangis dengan begitu memilukan. Tidak lama kemudian kucing tersebut tiba tiba diam tiada bersuara. Setelah beberapa sekop kemudian, petani tesebut melongok ke dalam sumur dan sang petani begitu terpana atas apa yang dilihatnya dan semua orang turut pula menjadi tercengang seketika. Kucing tersebut melakukan suatu hal yang memukau atas setiap sekop tanah yang menimpa dipunggungnya.

Kucing itu melepaskan tanah dari punggungnya dengan menggoyangkan badannya lalu naik keatas tanah yang telah jatuh dibawah kakinya. Setiap kali mereka menjatuhkan tanah keatas punggung binatang tersebut, ia akan melepaskannya dan melangkah keatasnya. Tidak lama kemudian, semua orang terperangah begitu sang kucing memenangkan perjuangannya tersebut dengan melangkahi tepi sumur dan meloncat keluar.

***
Renungan :
Seperti kucing tersebut, kehidupan ini ini juga akan senantiasa membuat tubuh mu kotor juga, dengan segala macam kotoran. Cara untuk keluar dari sumur tersebut adalah melepaskannya sambil melangkah naik keatas. Setiap kemunduran adalah seperti kotoran yang dilemparkan keatas punggung kita. Setiap kesulitan yang kita hadapi merupakan suatu batu loncatan. Kita hanya dapat keluar dari sumur yang paling dalam sekalipun hanya dengan tanpa berhenti, dengan tanpa putus asa LEPASKAN dan melangkahlah naik KEATAS !.

Kita tidak akan pernah menjadi dewasa tanpa adanya UJIAN berupa KEMALANGAN dan PENDERITAAN. Perjalanan takdir manusia silih berganti seperti adanya siang dan adanya malam, setiap PROBLEMA bukan untuk di TAKUTI tetapi untuk DIATASI.

RENUNGKANLAH, kita sering ditakuti oleh bayangan se olah olah permasalahan yang kita hadapi tampak besar, pada hal ketika kita mau melakukan sesuatu, persoalan itu mudah sekali diatasi.

Maka atasi persoalan anda sekarang ini juga dan jangan ditunda, karena belum tentu sebesar yang anda takutkan dan belum tentu sesulit yang anda bayangkan.

Dongeng dari Norwegia (si Gemuk Domba Mentega)




Pada zaman dahulu, ada seorang anak yang tubuhnya gemuk sekali. Berat badannya hampir satu kwintal. Konon, ia menjadi gemuk karena ibunya selalu memperhatikan makanannya. Ia tak pernah terlambat makan. Ia makan sangat banyak dan lahap melebihi saudara-saudaranya. Walaupun gemuk, ia bukan anak yang pendiam tak mau bermain. Ia tetap bermain dengan saudara-saudaranya yang lain, berlari-larian, petak umpet, atau lompat tali.

Dalam bermain, si Gemuk ini selalu dikalahkan oleh saudara-saudaranya. Jika berlari ia selalu ketinggalan di belakang karena tubuhnya terlalu berat untuk berlari dengan saudara-saudaranya yang larinya secepat angin. Bahkan, ketika berlari, si Gemuk berjalannya seperti raksasa hingga menyebabkan bumi bergetar.

Kalau bermain petak umpet, ia akan mudah kelihatan kalau bersembunyi sebab tidak ada tempat persembunyian yang pas untuknya. Tempat persembunyiannya selalu lebih kecil dari tubuhnya, sehingga bagian tubuhnya pasti kelihatan. Misalnya, kakinya menyembul atau tangannya kelihatan seperti cabang pohon yang besar.

Meskipun sering kalah, tetapi si Gemuk tetap riang. Si Gemuk ini sering diolok-olok dengan julukan Domba Mentega tetapi ia sama sekali tak marah. Si Gemuk menyadari, kalau mereka adalah saudara-saudaranya yang baik hati dan tak mungkin menjerumuskannya.

Julukan Domba Mentega itu diberikan pada si Gemuk karena saudara-saudaranya itu membayangkan tubuh Si Gemuk layaknya seekor domba, apalagi kalau dimasak menggunakan mentega, kelezatannya akan semakin bertambah. Zaman dahulu, domba adalah makanan mewah yang hanya dimakan oleh kalangan pembesar kerajaan. Rakyat kecil seperti keluarga si Gemuk hanya bisa menikmati masakan domba yang lezat hanya pada akhir tahun ketika pihak kerajaan mengadakan pesta tahunan dengan mengundang rakyat jelata. Pada saat itu, rakyat dapat merasakan lezatnya masakan istana, khususnya domba mentega. Maka, tak heran, jika si Gemuk yang dijuluki Domba Mentega itu sedemikian tenar julukannya hingga ke negeri-negeri tetangga.

Si Gemuk sekarang justru berterima kasih kepada saudara-saudaranya. Julukan yang sesungguhnya untuk menghina dirinya itu, kini malah menjadi berkah baginya dan keluarganya. Orang-orang yang merasa penasaran dengan julukan itu berbondong-bondong berdatangan ke rumahnya untuk melihat sendiri bagaimana sosok “Domba Mentega” itu.

Begitu menyaksikan betapa besar tubuh si Gemuk, mereka merasa gemas dan berusaha untuk mencubit atau memegang bagian tubuhnya. Lalu, dengan penjagaan yang ketat dari Ibu dan saudara-saudaranya, si Gemuk mendapat perlindungan yang berarti.

Hingga suatu hari, kabar tentang si Gemuk itu didengar oleh seorang nenek tua sakti yang menyukai daging gemuk manusia. Ia adalah seorang kanibal yang kelaparan dan sudah lama tidak merasakan bagaimana rasanya menyantap daging manusia. Ia kemudian datang kepada keluarga si Gemuk dan ingin melihat bagaimana keadaannya. Tetapi, Ibu yang sudah tahu maksud jahat nenek tua yang datang itu, telah memberitahu anak-anak sebelumnya untuk bersembunyi di dalam rumah. Ia kemudian menemui nenek tua itu.

“Maaf nek, Si Domba Mentega sekarang sedang bermain-main di luar!” kata ibu Si Gemuk.
“Wah, sayang sekali, padahal aku membawakannya hadiah yang bagus-bagus,” kata nenek tua itu.
Mendengar nenek itu menyebut hadiah, Si Gemuk langsung melonjak kegirangan dan menemui nenek itu. Secepat kilat anak itu langsung dimasukkan ke dalam karung untuk dibawanya pulang. Ibunya tak dapat berkutik karena takut akan disihir menjadi binatang. Di dalam karung, si Gemuk dapat menemukan sebuah pisau dan menyobeknya. Walhasil, si Gemuk bisa melarikan diri tanpa diketahui nenek sakti tersebut.

Paginya, nenek tua sakti itu kembali ke rumah si Gemuk. Kali ini, ia memakai tipuan yang lain.
“Maaf Nek, Si Domba Mentega sedang berburu bersama kakak-kakaknya!” kata Ibunya.
“Wah sayang sekali, sebenarnya tak perlu berburu karena aku membawakannya daging kelinci yang lezat!” kata nenek tua penyihir itu.

Mendengar nenek itu menyebut daging kelinci, terbayanglah dalam benak si Gemuk akan daging kelinci yang lezat. Si Gemuk yang masih kecil itu kemudian keluar dan menanyakan daging kelinci tersebut.
Nenek sakti itu kembali menangkapnya dan memasukkannya ke dalam karung. Ibunya tidak berani berontak. Kali ini, si Gemuk tak bisa berkutik karena di dalam karung juga tidak ada pisau. Meskipun Si Gemuk berontak, tapi kekuatan nenek jahat itu lebih hebat.

Sesampainya di tempat tinggal nenek jahat tersebut, si Gemuk lalu dimasukkan ke dalam belanga yang besar yang diisi air. Nenek itu lalu menyusun kayu bakar. Ketika nenek itu mencari-cari korek api, Si Gemuk meraba-raba sesuatu di bawahnya. Mungkin, ada sesuatu yang bisa dipergunakannya untuk melawan nenek tua itu.

Benar saja, si Gemuk menemukan sebuah sendok besar yang tertinggal dalam belanga. Si Gemuk diam-diam menyembunyikannya di belakang punggungnya. Ia pura-pura pasrah. Hingga, ketika nenek tua itu akan menyulut tungkunya dengan korek api, ia langsung memukul kepala nenek tua itu hingga pingsan. Lalu, si Gemuk dapat melarikan diri.

Sejak saat itu, ibu dan saudara-saudara di Gemuk tak pernah menjulukinya Domba Mentega. Ia memanggil nama aslinya, Tom. Tetapi, kadang-kadang mereka menambahkan kata di belakangnya namanya dengan Si Pemberani, atau lengkapnya, Tom Si Pemberani.

***
Pelajaran yang dapat Dipetik :

Orangtua kita telah memberikan nama-nama yang baik pada anak-anaknya. Maka, panggillah nama mereka dengan nama yang sesuai dengan nama yang diberikan oleh orangtuanya. Menjuluki mereka dengan panggilan yang jelek akan membuatnya sakit hati dan perbuatan itu dilarang agama.