Tuesday, August 09, 2005

Sad story...

Kisah ini di mulai dari:
"Tante.. pegangin minuman Axel ya,
soalnya Axel
mau berdoa untuk mama supaya mama
cepat
sembuh dan boleh pulang sama Axel",
begitulah
tutur seorang anak laki-laki sederhana
yang
berumur 4-5 tahun. Setelah
dirawat satu malam di rumah sakit
Husada di
Jakarta karena pendarahan yang dialami
mamanya
Axel yang sedang mengandung 5 bulan,
diperbolehkan untuk beristirahat di rumah.

Beberapa hari kemudian, mama Axel
merasa sakit
di perutnya, seketika itu juga dilarikan ke
rumah
sakit tempat dia dirawat kemarin.
Beberapa kali
terjadi kontraksi dan sesaat kemudian
lahirlah
seorang bayi berumur lima bulan yang
sangat
mungil sebesar botol Aqua ukuran
sedang pada
tanggal 7 Juli 2004.
"Pak, 99,9 persen tidak ada harapan lagi,
bagaimana nih? Apa masih mau
diteruskan?" kata
salah satu suster yang menangani. "Biar
hanya
tinggal 1 persen sekalipun, anak saya
harus terus
hidup", jawab papanya Axel.


Cukup menggemparkan memang berita
ini
sehingga kerabat dari papa mamanya
Axel
langsung datang menjenguk. Banyak air
mata
yang mengalir pada setiap orang yang
datang
menjenguk, terlihat hati yang hancur,
kesedihan yang terlalu dalam dan
perasaan
pasrah pada Tuhan dikedua raut muka
orang tua
Axel.

"Mama.. Axel udah lihat dede, kok dia
kecil sekali
ya ma? Tapi Axel sayang dede. Mama..
kita
pulang bawa dede yuk" ajak si Axel.
Mama Axel
menatap sedih dengan linangan air
mata dan
mencoba menjelaskan keadaan, "Axel..
dede Axel
masih lemah, dia terlalu lembut untuk
digendong
pulang dan dia harus tetap dirawat di
sini, Axel
berdoa saja ya sama Tuhan Yesus, minta
Tuhan
Yesus beri kekuatan untuk dede, supaya
dede bisa
pulang ke rumah."

Keesokan harinya, Axel yang di rumah
minta
omanya ajak dia ke rumah sakit untuk
menengok
dede barunya. Sesampainya dia di ruang
incubator
yang terpisahkan oleh kaca yang lebar, di
situ dia
berdoa: "Tuhan
Yesus yang baik, terima kasih sekarang
Axel
udah punya dede baru, Tuhan
lihatkan,tangannya
terlalu kecil gak seperti tangan Axel,
kepalanya
juga dan kata mama dede sangat lemah,
Axel
percaya sama kekuatan Tuhan, Tuhan
mau kan
pegang tangan dede supaya dede bisa
menjadi
besar kayak Axel, amin."

Setelah berdoa, Axel masih mau lihat
dedenya
sebentar lagi, sambil digendong
omanya, Axel
menyanyikan lagu Ku mau cinta Yesus
selamanya. Setelah berulang-ulang
menyanyikan
lagu itu, lalu dia berkata: "Dede udah
denger kan
koko Axel nyanyi untuk dede? Besok
koko Axel
nyanyi lagi untuk dede ya.." Oma Axel
menangis
terharu melihat apa yang dilakukan
cucunya.

Kami semua kerabat papa mamanya
Axel berdoa
untuk mereka khususnya untuk bayi
mereka.
Sekarang dede Axel sudah bisa bernafas
secara
teratur, semuanya berjalan lancar dan
hari makin
hari dia beroleh
kekuatan untuk berkembang. Semuanya
karena
nyanyian dan doa dari seorang anak laki-
laki
sederhana yang berumur 4-5 tahun yang
mengatakan betapa dia menyayangi
dedenya.



Pelajaran yang bisa dipetik dalam cerita
ini adalah
di manapun kita, seberat apapun
pergumulan
masalah kita sehingga terlintas di benak
bahwa
tidak ada lagi harapan, Tuhan Yesus
bekerja pada
saat itu, Dia yang tidak pernah
meninggalkan kita
akan selalu menolong kita, asalkan kita
datang
merendahkan diri kepadanya sama
seperti doa
polos Axel kepada Tuhan Yesus dan
mengandalkan kekuatanNya.

Ini adalah kisah nyata, jika anda
membaca berita
ini mohon untuk di Forward ke
saudara atau
kerabat anda,diharapkan sekali bantuan
doa
saudara, karena setiap kali anda berdoa
untuk
keluarga Axel, berarti anda
mengumpulkan
kekuatan untuk sang bayi, apapun agama
anda,
karena yang berbicara adalah hati dan
bantuan
doanya.

*Remaslah tanganku dan akan kukatakan Aku sayang Kamu*

Ingatkah ketika masih kecil kamu jatuh dan terluka?Ingatkah apa yang dilakukan ibumu untuk meringankan rasa sakit? Ibuku , Grace Rose, selalu mengendongku, membawaku ke tempat tidurnya, mendudukkan
diriku, lalu mencium "bagian yang sakit"-ku. lalu ia duduk di tempat tidur di sampingku, meraih
tanganku dan berkata "Kalau sakit , remas saja tangan ibu. nanti akan kukatakan Aku sayang
Kamu". sering aku meremas tangannya dan setiap kali , tak pernah luput , aku mendengar
kata-kata "Mary, Ibu sayang kamu." kadang-kadang aku pura-pura sakit hanya supaya aku memperoleh ritual itu darinya.
waktu aku lebih besar, ritual itu berubah, tapi ia selalu menemukan cara untuk meringankan rasa
sakit dan meningkatkan rasa senang yang kurasakan dalam berbagai bagian hidupku. pada
hari-hari sulit di SMU, ia akan menawarkan sebatang coklat almond Hershey kesukaannya saat
aku pulang. semasa usiaku 20-an , ibu sering menelpon utk menawarkan piknik makan siang
spontan di Taman Eastbrook untuk sekadar merayakan hari cerah dan hangat di Wisconsin.
kartu ucapan terima kasih yang dituliskan sendiri tiba di kantor pos setiap kali ia dan ayahku
berkunjung ke rumahku, mengingatkanku betapa istimewanya aku baginya. tapi ritual yang paling berkesan adalah genggamannya pada tanganku saat aku masih
kecil dan berkata, "Kalau sakit, remaslah tangan Ibu dan akan kukatakan aku sayang kamu". suatu pagi, saat aku berusia akhir 30-an, setelah orangtuaku berkunjung pada malam
sebelumnya, ayahku menelponku di kantor. Ia selalu berwibawa dan jernih saat memberi
nasehat. tapi aku mendengar rasa bingung dan panik dalam suaranya. "Mary, ibumu sakit dan
aku tak tahu harus berbuat apa. Cepatlah datang kemari" perjalanan mobil 10 menit ke rumah orang tuaku diiringi dengan rasa takut,
bertanya-tanya apa yang terjadi pada ibuku. saat aku tiba, ayah sedang mondar-mandir di dapur
sementara ibu berbaring di tempat tidur. matanya terpejam dan tangannya berada di atas perut.
aku memanggilnya, mencoba menjaga agar suaraku setenang mungkin. "Bu, aku sudah datang." "Mary ?" "Iya, Bu" "Mary, kaukah itu ? " "Iya, Bu, ini aku." Aku tak siap untuk pertanyaan berikutnya dan saat aku mendengarnya, aku
membeku, tak tahu harus berkata apa. "Mary, apakah Ibu akan mati?" air mata menggenang dalam diriku saat aku memandang ibuku tercinta berbaring di
situ tak berdaya. pikiranku melayang, sampai pertanyaan ini terlintas dalam benakku :"jika
keadaannya terbalik, apa yang akan dikatakan Ibu padaku?" aku berdiam sejenak yang terasa seperti jutaan tahun, menunggu kata-kata itu tiba di
bibirku."Bu, aku tak tahu pakah Ibu akan mati, tapi kalo memang perlu, tak apa-apa. aku
menyayangimu." Ia berseru ,"Mary, rasanya sakit sekali" lagi-lagi , aku bingung hendak berkata apa. aku duduk di sampingnya di tempat tidur
, meraih tangannya dan mendengar diriku berkata, "Bu, Kalo ibu sakit, remaslah tanganku , nanti
akan kukatakan , aku sayang padamu" Ia meremas tanganku. "Bu, aku sayang padamu" banyak remasan tangan dan kata "Aku sayang padamu" yang terlontar antara aku
dan ibuku selama dua tahun berikutnya, sampai ia meninggal akibat kanker indung telur.
kita tidak pernah tahu kapan ajal kita tiba , tapi aku tahu bahwa pada saat itu, bersama siapapun
, aku akan menawarkan ritual kasih ibuku yang manis setiap kali."Kalau sakit, remaslah tanagnku, dan akan kukatakan , aku sayang padamu."

*pelajaran yang berharga*

Beberapa tahun yang lalu, kalau tidak salah tahun2000, saya berkunjung ke kota Pontianak, teman sayadisana mengajak saya memancing Kepiting.
Bagaimana cara memancing Kepiting?Kami menggunakan sebatang bambu, mengikatkan tali kebatang bambu itu, diujung lain tali itu kami mengikatsebuah batu kecil.
Lalu kami mengayun bambu agar batu di ujung taliterayun menuju Kepitingyang kami incar, kami mengganggu Kepiting itu denganbatu, menyentak danmenyentak agar Kepiting marah, dan kalau itu berhasilmaka Kepiting ituakan 'menggigit' tali atau batu itu dengan geram,capitnya akanmencengkeram batu atau tali dengan kuat sehingga kamileluasa mengangkatbambu dengan ujung tali berisi seekor Kepiting gemukyang sedang marah.? Kami tinggal mengayunperlahan bambu agar ujung talinya menuju sebuah wajanbesar yang sudah kami isi dengan air mendidih karenadi bawah wajan itu ada sebuah kompor dengan api yangsedang menyala.
Kami celupkan Kepiting yang sedang murka itu ke dalamwajan tersebut, seketika Kepiting melepaskan gigitandan tubuhnya menjadi merah, tak lama kemudian kamibisa menikmati Kepiting Rebus yang sangat lezat.
Kepiting itu menjadi korban santapan kami karenakemarahannya, karena kegeramannya atas gangguan yangkami lakukan melalui sebatang bambu, seutas tali dansebuah batu kecil.
Kita sering sekali melihat banyak orang jatuh dalamkesulitan, menghadapi masalah, kehilangan peluang,kehilangan jabatan, bahkan kehilangan segalanya karena: MARAH .
Jadi kalau anda menghadapi gangguan, baik itu batukecil atau batu besar, hadapilah dengan bijak, redamkemarahan sebisa mungkin, lakukan penundaan dua tigadetik dengan menarik napas panjang, kalau perlupergilah ke kamar kecil, cuci muka atau basuhlahtangan dengan air dingin, agar murka anda mereda dananda terlepas dari ancaman wajan panas yang bisamenghancurkan masa depan anda.

Friday, August 05, 2005

Kado Kotak Kosong

Menjelang hari raya, seorang ayah membeli beberapa gulung kertas kado.
Putrinya yang masih kecil, masih balita, meminta satu gulung.
"Untuk apa?" tanya sang ayah.
"Untuk kado, mau kasih hadiah." jawab si kecil.
"Jangan dibuang-buang ya." pesan si ayah, sambil memberikan satu gulungankecil.
Persis pada hari raya, pagi-pagi si kecil sudah bangun dan membangunkanayahnya, "Pa, Pa ada hadiah untuk Papa."
Sang ayah yang masih malas-malasan, matanya pun belum melek, menjawab,"Sudahlah nanti saja."
Tetapi si kecil pantang menyerah, "Pa, Pa, bangun Pa, sudah siang."
"Ah, kamu gimana sih, pagi-pagi sudah bangunin Papa."
Ia mengenali kertas kado yang pernah ia berikan kepada anaknya.
"Hadiah apa nih?"
"Hadiah hari raya untuk Papa. Buka dong Pa, buka sekarang."
Dan sang ayah pun membuka bingkisan itu.
Ternyata di dalamnya hanya sebuah kotak kosong.
Tidak berisi apa pun juga. "Ah, kamu bisa saja. Bingkisannya koqkosong.Buang-buang kertas kado Papa. Kan mahal?"
Si kecil menjawab, "Nggak Pa, nggak kosong. Tadi, Putri masukin begitubuaanyaak ciuman untuk Papa."
Sang ayah terharu, ia mengangkat anaknya.
Dipeluknya, diciumnya.
"Putri, Papa belum pernah menerima hadiah seindah ini. Papa akan selalumenyimpan boks ini.
Papa akan bawa ke kantor dan sekali-sekali kalau perlu ciuman Putri, Papaakan mengambil satu. Nanti kalau kosong diisi lagi ya !"
Kotak kosong yang sesaat sebelumnya dianggap tidak berisi, tidak memilikinilai apa pun, tiba-tiba terisi, tiba-tiba memiliki nilai yang begitutinggi. Apa yang terjadi ?
Lalu, kendati kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata sang ayah,di mata orang lain tetap juga tidak memiliki nilai apa pun. Orang lain akantetap menganggapnya kotak kosong.
Kosong bagi seseorang bisa dianggap penuh oleh orang lain.
Sebaliknya, penuh bagi seseorang bisa dianggap kosong oleh orang lain.
Kosong dan penuh - dua-duanya merupakan produk dari "pikiran" anda sendiri.
Sebagaimana anda memandangi hidup demikianlah kehidupan anda.
Hidup menjadi berarti, bermakna, karena anda memberikan arti kepadanya,memberikan makna kepadanya.
Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan arti, hidup iniibarat lembaran kertas yang kosong...........

ONE SWEET DAY

by : Netty Sitorus

Mereka berlari-lari menuju loket, tergesa-gesa membeli tiket, lalu secepat kilat berhamburan mengejar kereta yang mulai bergerak.
“CEPPPEEEETTTTTTT….”, Gita berteriak kepada Lisa yang berlari dibelakangnya
“TUNGGUIN DONGGGGG…”, Lisa terengah-engah berusaha mengejar.
Mereka berhasil mencapai gerbong belakang.
“LOMPATTTT LISSSSS…”
HUUUUPPPPP....Gita melompat ke dalam gerbong tersebut diikuti Lisa dibelakangnya Namun aksi nekat mereka tidak berjalan mulus, Gita terjerembab ke lantai kereta dengan Lisa yang mendarat menimpa tubuhnya.
Bunyi keras yang terdengar membuat mereka menjadi tontonan gratis para penumpang yang sedikit terkejut. Terdengar suara cekikikan penumpang dari berbagai arah.

Sambil menahan sakit, Gita dan Lisa berusaha bangun, mereka saling bertatapan dan tertawa terpingkal-pingkal mengingat kekonyolan barusan.
“Aduh gue malu banget nih diketawain sama orang satu gerbong”, Lisa meringis.
“Cuek aja tau, anggap aja latihan untuk tenar, lu tau kan kalau pengen tenar harus jadi pusat perhatian orang, kita cari tempat duduk yuk”, Gita menggandeng Lisa untuk mengikuti langkahnya.

Mereka menemukan dua tempat duduk kosong diantara para penumpang.
“Eh uangnya ada di tas lu kan?”, Gita mengeluarkan botol aqua dari tas.
Lisa memeriksa ranselnya dan melihat amplop putih yang penutupnya sedikit terbuka sehingga terlihat lembaran-lembaran uang ribuan didalamnya.
“Ada kok”, sahutnya.
“Oke, nanti setiap ada pengamen, tukang dagang dan pengemis yang lewat, lu keluarin selembar-selembar ya, mudah-mudahan bisa abis sampai di statiun Bogor”
“Yup”, Lisa mengambil botol Aqua dari tangan Gita dan meminumnya.
Mereka siap-siap menjalankan aksinya.

Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah seorang pemuda tanggung yang sangat dekil dan lusuh, memegang sapu lidi ditangannya untuk menyapu sampah-sampah diantara kaki penumpang. Gita dan Lisa memperhatikan setiap kali pemuda lusuh itu mendorong maju sampah-sampah yang terkumpul, dia akan berhenti sebentar, dengan wajah memelas menatap penumpang yang ada dihadapannya sambil menadahkan tangan meminta belas kasihan. Terkadang ada penumpang yang bersedia memberikan uang namun tidak sedikit yang memasang wajah tidak peduli.

Ketika sapuan sampah pemudah lusuh itu tiba ditempat mereka duduk, Gita memberi kode kepada Lisa, Lisa langsung memasukkan tangannya kedalam ransel dan mengeluarkan selembar ribuan lalu memberikan kepada pemuda lusuh itu, setelah mengucapkan terima kasih dengan suara yang hampir tidak terdengar, pemuda lusuh itu kembali mendorong sampah-sampah ke arah penumpang berikutnya.
“Pasien pertama barusan lewat”, Gita mengedipkan matanya kearah Lisa.

Gerbong mulai terasa sesak dengan jumlah penumpang yang semakin banyak setiap kali kereta berhenti pada sebuah stasiun, dan suasana semakin hiruk pikuk dengan kehadiran para pedagang yang tidak berhenti hilir mudik menawarkan dagangan mereka.
Para pedagang akan berjalan diantara penumpang yang sedang berdesak-desakan tanpa mempedulikan kekesalan para penumpang yang terganggu dengan kehadiran mereka. Beberapa pedagang malah menggunakan cara menaruh barang dagangan mereka dipangkuan para penumpang tanpa minta persetujuan terlebih dahulu dengan harapan ada penumpang yang tertarik membelinya.

“Waduh gimana nih Git?? Pedagangnya banyak, apa kita beli semua yang lewat??”, Lisa kebingungan.
“Jangan semua Lis, pilih barang yang kecil-kecil aja, yang gampang dimasukin ke ransel dan gak berat, biar gampang bawanya”
Belum selesai Gita bicara, seorang tukang pernak-pernik rambut menggantungkan barang dagangannya di depan mereka.
“Nah yang kayak begini boleh dibeli, kan gak susah bawanya Lis”

Lisapun dengan semangatnya mulai memilih-milih berbagai macam jepitan rambut, bandana dan pita warna-warni di hadapannya.
“Eh Git Sekali-kali rambutlu pake jepitan dong, biar manis”, Lisa menyodorkan sebuah jepit rambut bergambar boneka kepada Gita
“Duhhhh gak usah deh Lis ..polos begini aja gue udah sering bikin cowo patah hati, apalagi kalo gue tambah manis, kasian kan para cowo itu”, Gita cekikikan melihat tampang sebal Lisa
Lisa hanya geleng-geleng kepala, dia sudah cukup tabah menghadapi temennya yang satu ini
“Beli yang ini deh bang”, Lisa menyodorkan uang ribuan kepada penjual tersebut.

Setelah pedagang itu pergi, Gita dan Lisa sibuk menghadapi tawaran dari pedagang-pedagang lainnya. Hanya dalam setengah jam, ransel mereka sudah penuh dengan berbagai barang, ada pulpen, penjepit rambut, mobil-mobilan, boneka, hp mainan, permen dan masih banyak lagi.
Lisa dan Gita terpana menatap isi ransel mereka
“Mau diapain nih semua”, Lisa mengambil satu persatu benda-benda ajaib tersebut dengan takjub
“Gak tau deh, gak usah dipikirin Lis, yang penting lu tadi liat kan reaksi para penjual setiap kali barang dagangan mereka kita beli?? Mereka senang banget karena jualannya laku, siapa tahu seharian ini belum ada orang yang beli padahal mereka udah cape banget”

“Iya Git, tadi setiap beli sesuatu, gue liat penjualnya seneng banget, kalau dipikiri-pikir kasian juga ya mereka harus bersusah payah berdesak-desakan di gerbong kereta dari satu stasiun ke stasiun yang lain, belum tentu ada yang beli pula, segitu beratnya usaha yang harus mereka lakukan cuma untuk mencari sesuap nasi,”

“Betulllll banget…makanya Lis setiap gue lagi jenuh ngadepin kerjaan di kantor dan mulai banyak ngeluh, gue suka sengaja naek kereta biar ketemu dengan orang-orang seperti mereka, untuk mengajarkan kepada diri gue bahwa seberat-beratnya pekerjaan di kantor, gue sebenernya tuh termasuk segelintir orang yang sangat beruntung punya pekerjaan tetap, kerja di ruangan ber AC, pulang pergi dengan bis kantor sehingga tidak perlu berdesak-desakan, sedangkan orang-orang ini sudah setengah mati membanting tulang hanya untuk mendapatkan uang yang akan habis untuk biaya makan sehari. “

“Yup, gue juga kayaknya harus banyak belajar nih, tadi gue sempet nyesel lho mau ikut ajakanlu naek kereta gini, udah pake acara lari marathon ngejar-ngejar keretanya, nyungsep di depan penumpang satu gerbong, trus sengsara gini desak-desakan, tapi setelah ngeliat segala sesuatu yang berlangsung daritadi, gue jadi ketagihan nih kayaknya”, Lisa melayangkan pandangannya ke orang-orang sekitarnya.

“Biasanya setiap sebulan sekali, gue suka menyempatkan diri naek kereta sampai ke stasiun terakhir, nanti sepanjang perjalanan gue bagi-bagiin deh tuh uang ribuan ke para pengemis, tukang ngamen dan para pedagang seperti yang lagi kita lakukan sekarang ini. Kita pikir uang seribuan yang kita kasih gak ada artinya buat kita berdua kan, tapi lu bakalan kaget banget ngeliat bahwa uang seribu itu bisa berarti banyak buat orang lain.”

“Iya ya, ckckckkckc….ternyata lu cukup peka juga dengan nasib orang lain yang kurang beruntung disekitarlu Git ya, otaklu cukup kreatif untuk cari-cari cara bagiin sedikit berkat ke orang lain, tapi yang gue heran kenapa kalau lagi di kantor otaklu ancur banget ya Gittttt...” Lisa tertawa terpingkal-pingkal sambil menghindari cubitan Gita

Tawa mereka terhenti saat mereka bingung melihat para penumpang yang berdiri agak sedikit memiringkan badan mereka seperti sedang memberikan jalan kepada seseorang, tapi Gita dan Lisa tidak melihat sosok orang yang hendak lewat tersebut.

Kebingungan mereka segera terjawab saat seorang pengemis yang tidak memiliki kaki muncul didepan mereka. Pengemis tersebut memakai kedua belah tangan yang dipasangkan sandal jepit sambil menyeret tubuhnya untuk dapat bergerak maju.
Pengemis itu menatap mereka berdua dengan wajah memelas meminta belas kasihan. Lisa cepat-cepat merogoh kembali ranselnya dan memberikan selembar seribuan. Pengemis tersebut sejenak menatap uang ditangannya, lalu sambil sedikit menundukkan kepalanya, dia mengucapakan terima kasih.

Saat dia hendak memutar tubuhnya untuk melanjutkan perjalanan, pengemis tadi menyempatkan diri untuk menoleh sekali lagi kepada Gita dan Lisa, dengan mata berkaca-kaca pengemis itu kembali mengucapkan terima kasih untuk kedua kalinya.
Gita terpana dan Lisa tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun atas reaksi pengemis tersebut.
Jumlah uang yang tidak artinya bagi mereka berdua seperti menjadi uang yang sudah lama tidak pernah didapatkan oleh pengemis tersebut.
“Duh gue jadi sedih beneran nih Git”, Lisa mengusap matanya yang sedikit berkaca-kaca.
“Sama, gue juga Lis”

Beberapa menit kemudian, dari gerbong sebelah, masuk lima orang anak muda lengkap dengan alat musik buatan mereka sendiri, mengambil posisi menyebar diantara penumpang siap-siap untuk bernyanyi, sepertinya mereka adalah anak kuliah yang senang mencari uang jajan tambahan dengan mengamen di kereta.
Gita langsung menegakkan tubuhnya, “Eh Lis, perhatiin satu-satu tampang mereka, biasanya suka ada yang ganteng lho”
“DASARRRRRR LUUUUU, gak dimana-mana selalu cari pemandangan indah”, Lisa sewot melihat tingkah Gita
“Lho kenapa sih?? Gak salah dong refreshing dikit liat tampang cute setelah daritadi liat yang dekil-dekil”.

Para pengamen itu mulai bernyanyi, kekompakan mereka dalam memainkan alat musik dan bernyanyi cukup memberi hiburan ditengah-tengah udara panas dalam kereta. Setelah menyanyikan dua lagu, salah seorang dari mereka yang mempunyai tampang lumayan manis mengeluarkan plastic tempat uang dan berjalan diantara penumpang meminta sumbangan sekedarnya,
Lisa kembali merogoh tas untuk mengambil uang ribuan, tapi saat tangannya terangkat ke atas, Gita langsung merebut uang tersebut.
“Kali ini gue yang ngasih uangnya, dari tadi kan lu terus”
Gita memasukkan selembar seribuan ke dalam tempat uang tersebut sambil sedikit tersenyum kepada pengamen tersebut.
“Ancur banget emang lu”, Lisa memegang perutnya yang terasa keram akibat terlalu banyak tertawa melihat tingkah Gita.

Sudah satu jam mereka lalui, Kereta mulai bergerak lambat dan akhirnya berhenti,
“Eh udah stasiun terakhir nih, turun yuk”Mereka melompat keluar dan berlari ke arah loket untuk membeli tiket pulang.

“Eh Git, makasih ya udah ajak gue jalan-jalan untuk dapatkan pengalaman yang berharga hari ini, lain waktu kalo lu pengen naek kereta lagi atau lu puny aide gila lain buat bagi-bagiin berkat, jangan lupa ajak gue ya”, Lisa melingkarkan lengannya ke pundak Gita
“Oke deh Lis, gue emang butuh pengawal kok, tampanglu kan sangar tuh, jadi gue bakalan aman kalo naek kereta bareng lu”.
Tangan Lisa segera melayang ke bagian pinggang Gita dan mencubitnya sekeras mungkin sampai Gita teriak-teriak minta ampun.